Pengaruh globalisasi dewasa ini kian terasa, dengan ditandainya pesatnya perkembangan teknologi, komunikasi, informasi dan transportasi. Maka bagi dunia pendidikan maupun pesantren. Globalisasi membawa dampak yang positif dan negative, langsung maupun tidak langsung, akan tetapi disaat Negara ini mengalami dekadensi moral, maka pesantrenlah yang mempunyai peran penting dalam menanggulanginya.
Karena itu, banyak pesantren yang bersikap hati-hati dalam menyikapi perkembangan dan perubahan yang dihadapi. Hal ini sesuai dengan prinsip dasar yang dipegangi dunia pesantren dalam melakukan perubahan, yaitu al-muhafazhatu `ala al-qadim al-shalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah. Perubahan diantasipasi dengan tetap berpegang kepada prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar pesantren. Pada prinsipnya, pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang diselenggarakan untuk melahirkan “ulama yang intelek, bukan intelek yang tahu agama”. Oleh sebab itu, prioritas pendidikan pesantren ditumpukan pada upaya-upaya pembentukan kader ulama di mana persoalan penanaman akhlak karimah dan ilmu-ilmu agama menjadi prioritas utama. Sedangkan hal-hal lain, terutama bidang-bidang ketrampilan praktis, hanya berfungsi sebagai pelengkap untuk kesempurnaan peran yang akan dimainkan oleh anak didik pesantren di masyarakat. Yang pertama adalah tujuan, sedangkan yang kedua adalah sarana dan pelengkap, bukan sebaliknya. (Syukri Zarkasyi : 2003)
Pendidikan Pesantren yang berprinsip pada masyarakat dan untuk masyarakat. Dalam pelaksanaan pendidikannya saat ini tidak hanya ditekankan pada penguasaan atas pengetahuan agama saja, melainkan juga penerapannya dalam bidang kehidupan terutama yang sesuai dengan kehidupan dilingkungan. Sehingga kini muncullah berbagai dinamika pendidikan pesantren serta inovasi-inovasi pengetahuan dan teknologi.
Berbekal pengetahuan keagamaan yang kuat, filsafat hidup yang mendalam, serta moral dan nilai-nilai spiritual yang tinggi. Diharapkan santri mampu memanfaatkan berbagai kecanggihan teknologi itu untuk memperbanyak informasi, memperluas cakrawala intelektual, menggambil dampak positif dan menangkal dampak negative kecanggihan teknologi informasi dan arus globalisasi. Hingga akhirnya akan menciptakan ulama yang intelek dengan pencapaian cepat terhadap tujuan dan motto masing-masing pesantren. (Ikhwan Mahmudi : 2007)
Arus globalisasi bukanlah untuk ditakuti ataupun dijauhi oleh para santri, melainkan dipelajari serta dipahami dampak positif dan negatif dari arus globalisasi tersebut demi kepentingan dalam berda’wah. Maka dari itu, belajar sungguh-sungguh tentang ilmu teknologi bagi santri merupakan keharusan, akan tetapi harus tetap terkontrol dan terintegrasikan dengan nilai-nilai dan falsafah pesantren sehingga arus globalisasi dapat bermanfaat demi kesejahteraan dan pengembangan masyarakat.
Sebagai santri, mari kita ambil peran di era Globalisasi ini sebagai sarana dakwah dan perjuangan dalam kehidupan bermasayarakat.