Mengenal Filosofi Santri

Kalau kita berbicara tentang dunia pesantren maka kita tidak akan lepas dari kata “Santri”, kata santri sangat familiar disemua kalangan, kata yang tidak asing lagi bagi telinga kita, karena kata tersebut menjadi sebutan umum ditengan masyarakat untuk para kader islam yang sedang menuntut ilmu agama di pesantren, kalau kita telaah bahwasanya kata santri memiliki makna yang sangat berarti sebagai semboyan perjuangan agama islam dan pembelaan agama.

Pergerakan dan perlawan santri sudah ada sejak masa penjajahan, sesuai dengan pedoman pendidikan yang ditanamkan pada diri santri yaitu “anti penjajah” sebagaimana ditulis dalam buku api sejarah karya Ahmad Mansur Suryanegara “apalah arti damai jika dijajah dan tiada kemerdekaan bernegara, berbangsa dan beragama, maka para ulama dan santri memilih langkah, melawan dengan senjata”[1] sehingga pergerakan dan perlawanan akan penjajah telah ada dimasa jajahan silam. Berarti seorang santri memiliki andil besar dalam kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ini di masa penjajahan, jadi berbanggalah bila sekarang kamu menjadi santri, karena kamu telah menjadi pertahanan Republik ini dari penjajahan di era saat ini.

Banyak dikalangan ulama yang berbeda pendapat tentang penasifran kata “santri” diantaranya; kata santri itu sendiri terdiri dari dua kosa kata yaitu “ san” dan “tri”, dua kata tersebut diambil dari kata sansekerta, yaitu:

  1.  “san“ berarti menjaga
  2.  “tri” berarti yang tiga. Artinya tiga inti ajaran islam itu sendiri yaitu Iman, Islam, Ihsan.[1]

Pengharapan dari itu semua niscaya seorang santri harus lebih terjaga dan kuat imannya, sebagai kader ummat serta dapat menjalankan ibadah dengan ihklas, berjuang dijalan Allah, dan selalu berkata benar. Manakala hati seseorang telah penuh diisi dengan nilai-nilai keimanan, maka jiwanya akan rela dan ikhlas dalam menjalankan perintah dan beribadah kepada Allah tanpa adanya interpretasi hal apapun.

Santri adalah orang yang mendalami ilmu agama (pengajian islam) dengan pergi berguru ke tempat yang jauh seperti pesantren. (Poerwadarminta, 2007:1032) Belajar agama dengan sungguh-sungguh untuk menjadi orang yang sholeh.


[1] Lihat bulletin Pusaka edisi 107, 11 Jumadil akhir 1425 “ Relevansi Makna Santri Dan Masa Depannya”


[1] Tahun 1811 hingga 1816 M, ketika pergantian penjajah dari Venigde Oost Indiche Compagnie (VOC) Belanda beralih pada kekuasaan East Indian Company (EIC) Inggris walaupun simasa penjajah belanda telah muncul gerakan-gerakan perlawanan dari kalangan ulama dan santri. Lihat api sejarah , Ahmad Mansur Suryanegara 2009, Salamadani Pustaka Semesta, Bandung. hlm: 194

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top